Interview
Telum Talks To... Haifa Inayah, Chief Executive Officer of Catch Me Up!
Pekan ini Telum berbincang dengan Haifa Inayah selaku Chief Executive Officer dari Catch Me Up!, layanan aggregator informasi berwujud nawala yang dikirimkan lewat email kepada pelanggan setiap hari kerja jam 6 pagi
Boleh ceritakan apa itu Catch Me Up!, apa saja isinya, dan bagaimana layanan ini bekerja?
Catch Me Up! adalah salah satu berita nawala pertama di Indonesia. Para subscribers mendapatkannya secara gratis dengan cara mendaftar lewat situs Catch Me Up!. Nawala-nya dikirimkan dari hari Senin sampai Jumat jam 6 pagi. Kami mulai beroperasi di tahun 2019 dan sekarang sudah punya 55.000 subscribers dengan open rate rata-rata 27-30 persen setiap harinya. Artinya, dibuka oleh 13-15 ribu pembaca. Karena dikirimkan jam 6 pagi, penjelasan berita Catch Me Up! sangat kasual seperti saat ngobrol dan tidak njelimet.
Catch Me Up! berisi setidaknya tiga berita: nasional, ekonomi, dan internasional. Kemudian ada dua berita hasil rangkuman dan satu kutipan. Yang kami pelajari dari Catch Me Up! adalah, audiens sangat suka diajak berinteraksi. Itulah mengapa saat COVID-19 pertama kali muncul, kami membuat Angel’s List agar para pembaca bisa membagikan informasi hal-hal kebaikan yang mereka lakukan, misalnya saja berbagi sembako.
Catch Me Up! menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami pembacanya. (Catch Me Up!)
Dari mana ide Catch Me Up! datang?
Awalnya, ide Catch Me Up! adalah memaksimalkan layanan email yang punya potensi tinggi agar tidak jadi sekadar email marketing. Masyarakat di Indonesia belum familiar dengan nawala dan ladang ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebenarnya kalau kita lihat ke berbagai channel marketing yang ada, tentu nawala ini yang paling jadul. Orang kalo punya smartphone ‘kan harus punya email dan registrasi media sosial juga harus pake email. Saya lihat di Indonesia email marketing fokus ke penjualan, hard selling, dan promosi. Saat ngobrol sama orang-orang yang bekerja di bagian marketing, mereka mengeluhkan open rate.
Dengan membuat nawala yang engaging, misalnya dengan mempersilakan pembaca untuk berbagi kisah mereka, kita bisa menggunakan nawala sebagai channel marketing secara organik. Karena kalau di media sosial, kita ini ditarget dengan kecerdasan buatan dan otomasi. Dengan nawala, orang harus sadar mereka berlangganan, membuka email, dan mengklik tautan yang barangkali ada di email. Jadi pengalaman pengguna itu sangat organik di sini.
Apa yang menginspirasi Mbak Haifa dalam membuat Catch Me Up!?
Terinspirasi ketika S-2 di Amerika Serikat saya melihat ternyata nawala itu banyak dipakai media, sementara di Indonesia belum dipakai alias untapped. Kedua, saat bekerja sebagai konsultan di tahun 2019, saya bertugas merangkum kegiatan calon presiden. Saat nongkrong dengan teman-teman yang bekerja sebagai karyawan, bankir, atau dokter, mereka sering bertanya hasil debat maupun tokoh yang diajak bertemu dengan dua calon presiden. Sebenarnya mereka adalah audiens yang sangat terhubung dengan internet. Namun, karena kesibukan dan situs berita yang banyak iklan pop up, mereka jadi tidak ada waktu untuk mengakses berita.
Untuk edisi setiap hari Jumat, mengapa namanya Friday Pause? Apa yang membedakan isi konten dengan edisi Senin - Kamis?
Kami ingin menekankan mengkonsumsi informasi terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan mental, itulah mengapa pada hari Jumat, isi nawala adalah Friday Pause. Kita membahas hal-hal yang lucu, misalnya meme, tips, serta rekomendasi dari pembaca.
Catch Me Up! fokus dengan berita di hari Senin hingga Kamis. (Catch Me Up!)
Mengingat nawala sudah harus dikirimkan jam 6 pagi, bagaimana tim editorial bekerja?
Nawala dibuat sore hari hingga jam 9 malam. Biasanya di siang hari kita sudah bisa ‘’membaca’’ isu-isu apa yang hangat dibicarakan. Proses penyuntingan selesai maksimal jam 12 malam. Karena setelah terkirim nawala tidak bisa disunting, kami harus memastikan bahwa tautan yang disertakan sudah akurat. Jika ada kesalahan, kami akan memberi klarifikasi di email keesokan harinya. Catch Me Up! tidak mengolah materi pers atau menghadiri acara konferensi pers seperti media mainstream.
Bagaimana cara bekerja sama dengan Catch Me Up!?
Kami membuka kesempatan untuk memasang iklan atau konten bersponsor untuk satu kali pemasangan atau dengan sistem paket per bulan. Jika hanya ingin ditampilkan di nawala bisa, jika ingin ditampilkan di Twitter maupun Instagram juga bisa. Konten bersponsor akan dibubuhkan informasi bahwa ini adalah konten bersponsor. Catch Me Up! memiliki perhatian pada isu lingkungan dan kekerasan seksual sehingga banyak perusahaan di bidang itu yang bekerja sama. Kami menghindari industri rokok dan industri ekstraksi.
Catch Me Up! juga memiliki konten di media sosial. (Catch Me Up!)
Bagaimana model bisnis Catch Me Up!?
Kami memiliki tim yang efektif dan efisien, misalnya tidak memiliki kantor sehingga bisa mengurangi biaya operasional. Advertorial adalah sumber utama, sementara audiens bisa membelikan ‘’kopi’’ seharga Rp15.000 sebagai bentuk apresiasi.
Meskipun gratis, audiens bisa mentraktir ''kopi'' untuk tim editorial. (Catch Me Up!)
Bagaimana tim Catch Me Up! mengukur kesuksesan?
Kombinasinya banyak, mulai dari jumlah pelanggan, open rate, hingga jumlah pengikut media sosial. Kami menyadari, konten Catch Me Up! tidak mudah diakses karena harus berlangganan terlebih dahulu, makanya kami juga mengembangkan konten media sosial.
Bagaimana cara memastikan nawala itu selalu relevan bagi pembacanya? Dan yang paling penting, agar pengguna tak berhenti berlangganan dan bisa mengundang teman-temannya agar ikut berlangganan?
Pembaca senang tulisan yang berkualitas. Yang pasti, kalo tulisan bagus dan merasa di-engage, mereka senang hati untuk subscribe dan mempromosikan dari mulut ke mulut. Mendapatkan akses kepada pembaca selama lima hari seminggu itu adalah kesempatan besar untuk memberikan akses informasi. 40 persen pembaca membuka Catch Me Up! di pagi hari, sehingga mendapatkan akses pertama untuk mendistribusikan informasi adalah keunggulannya. Setahun terakhir, 98% pembaca tidak unsubscribe.
Catch Me Up! adalah salah satu berita nawala pertama di Indonesia. Para subscribers mendapatkannya secara gratis dengan cara mendaftar lewat situs Catch Me Up!. Nawala-nya dikirimkan dari hari Senin sampai Jumat jam 6 pagi. Kami mulai beroperasi di tahun 2019 dan sekarang sudah punya 55.000 subscribers dengan open rate rata-rata 27-30 persen setiap harinya. Artinya, dibuka oleh 13-15 ribu pembaca. Karena dikirimkan jam 6 pagi, penjelasan berita Catch Me Up! sangat kasual seperti saat ngobrol dan tidak njelimet.
Catch Me Up! berisi setidaknya tiga berita: nasional, ekonomi, dan internasional. Kemudian ada dua berita hasil rangkuman dan satu kutipan. Yang kami pelajari dari Catch Me Up! adalah, audiens sangat suka diajak berinteraksi. Itulah mengapa saat COVID-19 pertama kali muncul, kami membuat Angel’s List agar para pembaca bisa membagikan informasi hal-hal kebaikan yang mereka lakukan, misalnya saja berbagi sembako.
Catch Me Up! menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami pembacanya. (Catch Me Up!)
Dari mana ide Catch Me Up! datang?
Awalnya, ide Catch Me Up! adalah memaksimalkan layanan email yang punya potensi tinggi agar tidak jadi sekadar email marketing. Masyarakat di Indonesia belum familiar dengan nawala dan ladang ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebenarnya kalau kita lihat ke berbagai channel marketing yang ada, tentu nawala ini yang paling jadul. Orang kalo punya smartphone ‘kan harus punya email dan registrasi media sosial juga harus pake email. Saya lihat di Indonesia email marketing fokus ke penjualan, hard selling, dan promosi. Saat ngobrol sama orang-orang yang bekerja di bagian marketing, mereka mengeluhkan open rate.
Dengan membuat nawala yang engaging, misalnya dengan mempersilakan pembaca untuk berbagi kisah mereka, kita bisa menggunakan nawala sebagai channel marketing secara organik. Karena kalau di media sosial, kita ini ditarget dengan kecerdasan buatan dan otomasi. Dengan nawala, orang harus sadar mereka berlangganan, membuka email, dan mengklik tautan yang barangkali ada di email. Jadi pengalaman pengguna itu sangat organik di sini.
Apa yang menginspirasi Mbak Haifa dalam membuat Catch Me Up!?
Terinspirasi ketika S-2 di Amerika Serikat saya melihat ternyata nawala itu banyak dipakai media, sementara di Indonesia belum dipakai alias untapped. Kedua, saat bekerja sebagai konsultan di tahun 2019, saya bertugas merangkum kegiatan calon presiden. Saat nongkrong dengan teman-teman yang bekerja sebagai karyawan, bankir, atau dokter, mereka sering bertanya hasil debat maupun tokoh yang diajak bertemu dengan dua calon presiden. Sebenarnya mereka adalah audiens yang sangat terhubung dengan internet. Namun, karena kesibukan dan situs berita yang banyak iklan pop up, mereka jadi tidak ada waktu untuk mengakses berita.
Untuk edisi setiap hari Jumat, mengapa namanya Friday Pause? Apa yang membedakan isi konten dengan edisi Senin - Kamis?
Kami ingin menekankan mengkonsumsi informasi terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan mental, itulah mengapa pada hari Jumat, isi nawala adalah Friday Pause. Kita membahas hal-hal yang lucu, misalnya meme, tips, serta rekomendasi dari pembaca.
Catch Me Up! fokus dengan berita di hari Senin hingga Kamis. (Catch Me Up!)
Mengingat nawala sudah harus dikirimkan jam 6 pagi, bagaimana tim editorial bekerja?
Nawala dibuat sore hari hingga jam 9 malam. Biasanya di siang hari kita sudah bisa ‘’membaca’’ isu-isu apa yang hangat dibicarakan. Proses penyuntingan selesai maksimal jam 12 malam. Karena setelah terkirim nawala tidak bisa disunting, kami harus memastikan bahwa tautan yang disertakan sudah akurat. Jika ada kesalahan, kami akan memberi klarifikasi di email keesokan harinya. Catch Me Up! tidak mengolah materi pers atau menghadiri acara konferensi pers seperti media mainstream.
Bagaimana cara bekerja sama dengan Catch Me Up!?
Kami membuka kesempatan untuk memasang iklan atau konten bersponsor untuk satu kali pemasangan atau dengan sistem paket per bulan. Jika hanya ingin ditampilkan di nawala bisa, jika ingin ditampilkan di Twitter maupun Instagram juga bisa. Konten bersponsor akan dibubuhkan informasi bahwa ini adalah konten bersponsor. Catch Me Up! memiliki perhatian pada isu lingkungan dan kekerasan seksual sehingga banyak perusahaan di bidang itu yang bekerja sama. Kami menghindari industri rokok dan industri ekstraksi.
Catch Me Up! juga memiliki konten di media sosial. (Catch Me Up!)
Bagaimana model bisnis Catch Me Up!?
Kami memiliki tim yang efektif dan efisien, misalnya tidak memiliki kantor sehingga bisa mengurangi biaya operasional. Advertorial adalah sumber utama, sementara audiens bisa membelikan ‘’kopi’’ seharga Rp15.000 sebagai bentuk apresiasi.
Meskipun gratis, audiens bisa mentraktir ''kopi'' untuk tim editorial. (Catch Me Up!)
Bagaimana tim Catch Me Up! mengukur kesuksesan?
Kombinasinya banyak, mulai dari jumlah pelanggan, open rate, hingga jumlah pengikut media sosial. Kami menyadari, konten Catch Me Up! tidak mudah diakses karena harus berlangganan terlebih dahulu, makanya kami juga mengembangkan konten media sosial.
Bagaimana cara memastikan nawala itu selalu relevan bagi pembacanya? Dan yang paling penting, agar pengguna tak berhenti berlangganan dan bisa mengundang teman-temannya agar ikut berlangganan?
Pembaca senang tulisan yang berkualitas. Yang pasti, kalo tulisan bagus dan merasa di-engage, mereka senang hati untuk subscribe dan mempromosikan dari mulut ke mulut. Mendapatkan akses kepada pembaca selama lima hari seminggu itu adalah kesempatan besar untuk memberikan akses informasi. 40 persen pembaca membuka Catch Me Up! di pagi hari, sehingga mendapatkan akses pertama untuk mendistribusikan informasi adalah keunggulannya. Setahun terakhir, 98% pembaca tidak unsubscribe.
More stories
Telum Media
Database
Get in touch to hear more
Minta demoTelum Media
Peringatan
Lansiran email reguler yang menampilkan berita terbaru dan perpindahan dari industri media di seluruh Asia Pasifik
Berlangganan alert