Feature
Telum vox pop: 5 hal yang perlu diketahui tentang jurnalisme lingkungan
By Muhammad Arby
Tiga jurnalis berbagi pandangan dan pengalaman mereka dengan Telum Media. Mereka memberikan perspektif tentang lima hal yang perlu diketahui mengenai jurnalisme lingkungan.
Gilang Helindro, Journalist, Betahita.id
1. Banyak riset
Proses kerjanya sebagai Editor di bidang lingkungan lebih banyak meriset data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta sumber lain. Kami buat tulisan panjang. Kami hadir ke beberpa forum group discussion yang membahas isu karhutla. Kami juga menerima opini dari teman-teman Lembaga Swadaya Masyarakat dan akademisi.
2. Waspada saat di lapangan
Ketika dapat informasi, wawancara di lapangan bisa jadi hal yang berbahaya. Ini karena isu lingkungan biasanya sensitif dan berhadapan dengan aktor-aktor di balik layar.
3. Data harus jelas
Ketika kami mendapat sebuah data, data tersebut harus verifikasi dan konfirmasi untuk digunakan bahan pemberitaan.
4. Sering liputan ke luar kota
Setiap liputan, kami ada proyeksi seperti isu tambang, perkebunan sawit, deforestasi, kelautan. Dari situ, dibagi lagi tugas. Misalnya mengenai Orang Utan di Tapanuli, ada yang berangkat ke sana. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berngkat ke Kalimantan Barat. Kami juga kerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen di daerah.
5. Ancaman
Kadang saya diikuti orang, laptop dan harddisk hilang dan ketemu di salah satu gedung perusahaan besar. Ketika pengambilan ditanya-tanya. Makanya sekarang kalau ke lapangan, gawai yang saya bawa berbeda. Data juga disimpan di cloud semua. Sebisa mungkin berangkat jangan di jam dan jalan yang sama untuk keamanan diri sendiri.
Lusia Arumingtyas, Journalist, Mongabay Indonesia
1. Bisa jalan-jalan
Hanya saja, jalan-jalannya bukan seperti rekreasi melepas penat. Dulu saat menangani isu pemerintahan, juga sering berpergian dengan pemerintah di hotel mewah dan sebagainya. Akan tetapi, di sektor lingkungan tempat yang dikunjungi bisa lebih tidak terduga.
2. Peka terhadap lingkungan
Ketika sedang mengunjungi sebuah tempat wisata alam, saya jadi lebih sensitif bila tempat tersebut tidak berkelanjutan atau tidak mementingkan lingkungan.
3. Kerja tak kenal waktu
Sama seperti kebanyakan jurnalis, pekerjaan saya seringkali tidak mengenal waktu. Akan tetapi, laporan yang dihasilkan lebih mendalam. Saya juga harus siap kerja di akhir pekan.
4. Susah sinyal
Anda akan menemukan situasi kesulitan sinyal komunikasi ketika menjadi Wartawan Lingkungan. Karena Anda pasti akan meliput ke wilayah yang tidak dijamah seperti perkebunan sawit dan batu bara.
5. Gangguan
Ini hal biasa dialami, meskipun sebetulnya tidak boleh dinormalisasi. Seringkali ada nomor tidak dikenal menghubungi saya.
Silvano Hajid, Multimedia Broadcast Journalist, BBC News (Jakarta)
1. Upaya menggaungkan dampak lingkungan
Tidak banyak orang tahu soal dampak lingkungan. Fokus saya ke arah sana liputannya. Saya arahkan juga ke pembuat kebijakan supaya ada sinkronisasi terhadap masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat.
2. Bukan isu utama
Isu lingkungan bukan isu yang laku di masyarakat umum. Maka dari itu, saya harus mengemas itu agar relevan dengan masyarakat.
3. Ancaman
Beberapa kali sempat mendapat ancaman atau didatangi oleh pihak tertentu. Tiba-tiba ada orang tidak dikenal kontak saya.
4. Tantangan terhadap pemerintah
Tantangan terbesar bagi saya adalah tentang bagaimana cara kita bisa bertemu, berbicara, dan meminta suara dari pemerintah terkait lingkungan. Konflik lahan juga termasuk isu lingkungan, seperti yang berkaitan dengan proyek strategis nasional.
5. Kemudahan akses terhadap peneliti
Sebagai Jurnalis yang bergelut di sektor lingkungan, biasanya saya dimudahkan dalam mendapatkan bahan cerita dari Peneliti. Jurnal yang tersedia juga biasanya terbuka untuk publik.
1. Banyak riset
Proses kerjanya sebagai Editor di bidang lingkungan lebih banyak meriset data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta sumber lain. Kami buat tulisan panjang. Kami hadir ke beberpa forum group discussion yang membahas isu karhutla. Kami juga menerima opini dari teman-teman Lembaga Swadaya Masyarakat dan akademisi.
2. Waspada saat di lapangan
Ketika dapat informasi, wawancara di lapangan bisa jadi hal yang berbahaya. Ini karena isu lingkungan biasanya sensitif dan berhadapan dengan aktor-aktor di balik layar.
3. Data harus jelas
Ketika kami mendapat sebuah data, data tersebut harus verifikasi dan konfirmasi untuk digunakan bahan pemberitaan.
4. Sering liputan ke luar kota
Setiap liputan, kami ada proyeksi seperti isu tambang, perkebunan sawit, deforestasi, kelautan. Dari situ, dibagi lagi tugas. Misalnya mengenai Orang Utan di Tapanuli, ada yang berangkat ke sana. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berngkat ke Kalimantan Barat. Kami juga kerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen di daerah.
5. Ancaman
Kadang saya diikuti orang, laptop dan harddisk hilang dan ketemu di salah satu gedung perusahaan besar. Ketika pengambilan ditanya-tanya. Makanya sekarang kalau ke lapangan, gawai yang saya bawa berbeda. Data juga disimpan di cloud semua. Sebisa mungkin berangkat jangan di jam dan jalan yang sama untuk keamanan diri sendiri.
Lusia Arumingtyas, Journalist, Mongabay Indonesia
1. Bisa jalan-jalan
Hanya saja, jalan-jalannya bukan seperti rekreasi melepas penat. Dulu saat menangani isu pemerintahan, juga sering berpergian dengan pemerintah di hotel mewah dan sebagainya. Akan tetapi, di sektor lingkungan tempat yang dikunjungi bisa lebih tidak terduga.
2. Peka terhadap lingkungan
Ketika sedang mengunjungi sebuah tempat wisata alam, saya jadi lebih sensitif bila tempat tersebut tidak berkelanjutan atau tidak mementingkan lingkungan.
3. Kerja tak kenal waktu
Sama seperti kebanyakan jurnalis, pekerjaan saya seringkali tidak mengenal waktu. Akan tetapi, laporan yang dihasilkan lebih mendalam. Saya juga harus siap kerja di akhir pekan.
4. Susah sinyal
Anda akan menemukan situasi kesulitan sinyal komunikasi ketika menjadi Wartawan Lingkungan. Karena Anda pasti akan meliput ke wilayah yang tidak dijamah seperti perkebunan sawit dan batu bara.
5. Gangguan
Ini hal biasa dialami, meskipun sebetulnya tidak boleh dinormalisasi. Seringkali ada nomor tidak dikenal menghubungi saya.
Silvano Hajid, Multimedia Broadcast Journalist, BBC News (Jakarta)
1. Upaya menggaungkan dampak lingkungan
Tidak banyak orang tahu soal dampak lingkungan. Fokus saya ke arah sana liputannya. Saya arahkan juga ke pembuat kebijakan supaya ada sinkronisasi terhadap masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat.
2. Bukan isu utama
Isu lingkungan bukan isu yang laku di masyarakat umum. Maka dari itu, saya harus mengemas itu agar relevan dengan masyarakat.
3. Ancaman
Beberapa kali sempat mendapat ancaman atau didatangi oleh pihak tertentu. Tiba-tiba ada orang tidak dikenal kontak saya.
4. Tantangan terhadap pemerintah
Tantangan terbesar bagi saya adalah tentang bagaimana cara kita bisa bertemu, berbicara, dan meminta suara dari pemerintah terkait lingkungan. Konflik lahan juga termasuk isu lingkungan, seperti yang berkaitan dengan proyek strategis nasional.
5. Kemudahan akses terhadap peneliti
Sebagai Jurnalis yang bergelut di sektor lingkungan, biasanya saya dimudahkan dalam mendapatkan bahan cerita dari Peneliti. Jurnal yang tersedia juga biasanya terbuka untuk publik.
More stories
Telum Media
Database
Get in touch to hear more
Minta demoTelum Media
Peringatan
Lansiran email reguler yang menampilkan berita terbaru dan perpindahan dari industri media di seluruh Asia Pasifik
Berlangganan alert