Telum Talks To ... Catharina Davy, CEO dan Co-Founder, Narasi
Interview

Telum Talks To ... Catharina Davy, CEO dan Co-Founder, Narasi

Catharina Davy, alias Keket, merupakan seorang Jurnalis veteran yang telah berkarier di TV sejak tahun 1999. Kini, bersama Najwa Shihab dan Dahlia Citra, ia mengembangkan Narasi sebagai kontribusi mereka dalam membentuk Indonesia yang lebih baik.

Bagaimana keseharian Anda sebagai salah satu Pendiri dan CEO Narasi?
Meeting, meeting, dan meeting. Senin meeting atau diskusi internal. Selasa, Rabu, Kamis, Jumat atau weekend biasanya bertemu dengan partner mengenai kolaborasi apa yang bisa kami bantu atau lakukan dengan mereka atau brainstorming dengan tim.

Narasi dibentuk oleh Anda, Najwa Shihab, dan Dahlia Citra. Mengapa Anda dan kawan-kawan keluar dari TV konvensional dan membentuk Narasi di tahun 2017?
Awalnya berangkat dari keprihatinan bagaimana sebagian media televisi mainstream itu terkesan memprioritaskan rating. Dulu di TV kami sempat membuat program-program yang bertujuan untuk edukasi dan menginspirasi. Tapi pada akhirnya harus berakhir karena berdasarkan rating, sebagian besar penonton televisi lebih menyukai program jenis lain. Juga seringkali kami berhadapan dengan situasi yang tidak ideal karena program yang laris ditonton dan disponsori adalah program dengan rating tinggi.

Di sisi lain kami tahu, bagaimana pentingnya peran media membentuk persepsi publik. Karena itu, sebenarnya kalau mengikuti rating terus, lama-lama beritanya lebih mementingkan isu-isu yang populer daripada yang penting alias berita-berita yang penuh dengan konflik dan sensasi. Informasi semacam tadi menurut saya tidak membangun daya berpikir kritis dan kreatif orang Indonesia. 

Walaupun demikian, tidak selalu berarti konten bagus rating-nya jelek. Ada juga sih yang memiliki konten dan rating yang bagus tapi itu amat sangat jarang terjadi. Contoh program Mata Najwa yang sekarang sudah sepuluh tahun, perlu waktu untuk membangun satu program bagus, butuh kerja keras, tim yang kuat, dan support dari banyak pihak.

Tapi, mau sampai kapan memprioritaskan rating? Saya percaya konten yang dipublikasikan bisa mempengaruhi cara berpikir, membentuk watak dan kebiasaan penontonnya. Kalau selalu disuguhkan konten-kontennya jelek yang tidak memberikan perspektif atau cara pandang lain, mereka nantinya bisa akan mengambil keputusan yang jelek juga. Akhirnya saya memilih untuk tidak lagi di TV, lebih baik kami buat sesuatu yang baru. Narasi, dimulai dari Mata Najwa, dibentuk untuk membangun cara berpikir kritis di masyarakat dan membuat mereka bergerak untuk Indonesia yang lebih baik, dengan menghadirkan konten yang sesuai dengan nilai jurnalistik.

Apa yang membuat Narasi berbeda dengan media lainnya?
Di Narasi, kami berfokus pada tiga C, yaitu content (konten), collaboration (kolaborasi), dan community (komunitas). Mayoritas konten media online di Indonesia itu mengandalkan kecepatan, bahkan sekarang sudah pakai bot juga 'kan? Tapi siapa yang bisa membahas satu isu paling lengkap? Siapa yang bisa memberikan konteks soal berita ini berpengaruh apa terhadap hidup kalian? Benarkah faktanya begitu, verifikasi tidak? Jujur, saya mempertanyakan soal verifikasi ini di beberapa media daring ya.

Kami juga menerjemahkan nilai jurnalistik dalam program hiburan, tidak hanya berita keras, seperti Tompi - Glenn, Sarah Secharian-nya Sarah Sechan, dan program Maunya Maudy oleh Maudy Ayunda, serta event-event offline yang digelar Narasi. Mengapa? Karena tidak semua orang mau dan bisa melahap berita keras, meskipun sebenarnya konten itu penting. Sebagaimana dokumenter, penontonnya sedikit, padahal produksinya pasti lebih sulit dan mahal. 

Kita juga tidak bisa bergerak hanya mengandalkan konten, namun juga harus kolaborasi dengan media atau dengan KOL (Key Opinion Leader). Kami mencari KOL dengan value yang sama dengan Narasi.

Yang terakhir, kami punya komunitas yang totalnya hampir 190.000 orang untuk mengamplifikasi nilai Narasi di manapun dia berada. Di Hong Kong, Papua, dan di mana-mana. Kami menggelar workshop dan kegiatan lainnya supaya mereka engaged dan bisa menjadi creator yang berkualitas, minimal memiliki pengetahuan yang baik mengenai konten dan dampaknya bagi orang lain yang menonton konten mereka.

Terobosan berikutnya dari Narasi?
Kami berencana untuk memperkaya video dengan artikel dan ilustrasi. Lalu, kami juga akan memberikan tempat untuk anggota komunitas kita yang sudah terjaring lewat workshop selama setahun ini untuk menjadi Kolaborator di Narasi. Kami juga ada rencana untuk berkolaborasi dengan beberapa OTT (Over-the-Top) media services untuk memproduksi konten bersama dan menayangkan konten Narasi.

Siapakah yang menjadi target audiens dari Narasi?
Tujuannya sebenarnya untuk orang muda ya. Rentangnya itu cukup beragam, karena ada Mata Najwa yang ditayangkan di TV dan memiliki rentang cukup lebar dari usia 15 sampai 55 tahun. Untuk Narasi secara keseluruhan itu sebenarnya dari usia 18 hingga 35 tahun. Kami memilih target muda karena orang mudalah yang seharusnya menggerakan Indonesia ke arah yang lebih baik, dimulai dari lingkungan sekitarnya.

Bagaimanakah tantangan dalam membentuk media baru?
Tantangannya adalah memahami audiens digital dan model bisnis media baru tersebut. Juga, ketika idealisme berhadapan dengan kenyataan. Bagaimana konten yang kami buat relevan dengan kebutuhan audiens kami, bagaimana Narasi bisa menjadi pilihan di tengah begitu banyaknya konten sekarang ini, dan bagaimana menciptakan model bisnis yang sejalan dengan visi dan misi Narasi.

Narasi terpilih sebagai media termuda yang mendapatkan dana inovasi dari Google News Initiative tahun lalu, bagaimana ceritanya?
Waktu itu kami harus meyakinkan mereka bahwa pendanaan itu akan benar-benar kami pakai untuk merangsang lebih banyak konten berkualitas di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan creator baru dari anggota komunitas kami, membekali mereka dengan nilai-nilai jurnalistik melalui workshop.  Cara lainnya adalah bagaimana dana itu bisa digunakan untuk memproduksi liputan in-depth untuk memberikan konteks soal pemilu lalu. Dua kegiatan untuk membuat konten berkualitas itu membutuhkan budget dan dari kedua hal itu juga platform YouTube dan Google nantinya juga akan mendapatkan konten-konten berkualitas yang sesuai dengan misi Narasi.

Kemampuan super apakah yang ingin Anda miliki?
Kemampuan untuk mengatur waktu seperti Doctor Strange, hahaha...

More stories


Telum Media

Database

Jurnalis
Catharina Davy

CEO and Co-Founder

Media
Narasi

41 contacts, 3 permintaan media

Get in touch to hear more

Minta demo

Telum Media

Peringatan

Lansiran email reguler yang menampilkan berita terbaru dan perpindahan dari industri media di seluruh Asia Pasifik

Berlangganan alert