Jurnalis Indonesia bersiap sambut offline events
Feature

Jurnalis Indonesia bersiap sambut offline events

By Muhammad Arby

Sejumlah acara offline internasional di Indonesia mulai bermunculan di pengujung tahun, meskipun virus COVID-19 belum hilang. Apa yang perlu para jurnalis persiapkan?

Baru-baru ini Indonesia menggelar dua acara berskala internasional yaitu GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 dan World Superbike (WSBK) Mandalika. Acara tersebut berlangsung saat pemerintah masih berkutat dengan virus COVID-19.

GIIAS 2021 berlangsung di ICE BSD City pada 11 hingga 21 November 2021. Pameran teknologi otomotif terbesar di Indonesia ini telah mendatangkan total 293.252 pengunjung sepanjang kurun waktu tersebut. Angka tersebut berhasil dicetak setelah status PPKM wilayah Kabupaten Tangerang berubah menjadi level 1 yang berarti capaian total vaksinasi di wilayah tersebut sudah di atas 60 persen.

Di tengah hiruk pikuk pameran tersebut, Indonesia pun menggelar WSBK di Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 19 hingga 21 November 2021. Penantian panjang selama 24 tahun akhirnya terbayar tuntas. Pasalnya, Indonesia kali terakhir menghelat WSBK pada 1997 di Sirkuit Sentul.

Pemimpin Redaksi di Motor1.com Dedhi Purnomo yang turut hadir dan meliput GIIAS 2021, mendukung kembalinya acara offline di tengah kondisi yang belum sepenuhnya aman dari COVID-19. 

“Jurnalis itu seperti tentara, harus siap diterjunkan dalam berbagai kondisi,” kata Dedhi.

Mengenai GIIAS, Dedhi mengatakan pihak penyelenggara sudah cukup baik dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). “Kualitas acara sudah cukup, tapi saya mengharapkan lebih banyak lagi pabrikan otomotif yang bisa terjun ke pameran tersebut,” ucap Dedhi.

Hal yang sama juga disampaikan Manajer Konten dari Motorsport.com (Indonesia), Scherazade Mulia Saraswati, saat meliput WSBK. 

Menurut pandangan Scherazade, kembalinya acara offline di industri media adalah hal yang sangat bagus. Ia menilai kegiatan peliputan memang tidak bisa dilakukan secara online.

“Rasanya ada yang kurang jika dibandingkan hadir langsung di sebuah acara offline. Lagi-lagi faktor bertemu langsung dengan narasumber, melihat dari dekat produk yang diluncurkan, atau lainnya itu memberikan sensasi berbeda. Dan inilah keunggulan diadakannya acara offline,” ujar Scherazade.


Suasana di Pertamina Mandalika International Street Circuit. (Dok. pribadi)

Senada, Editor di CNNIndonesia.com, Haryanto Tri Wibowo, menilai acara offline seperti penyegaran bagi para jurnalis yang sebelumnya terbiasa mencari berita dengan meliput ke lapangan. Haryanto menegaskan metode peliputan offline masih yang terbaik untuk jurnalis.

“Karena dengan bertemu langsung narasumber, seorang wartawan bisa membuat semua rencana editorial yang sudah dipersiapkan, terutama membuat video dan foto, mengingat multimedia sangat penting dalam editorial media online saat ini,” kata Haryanto.

Lebih lanjut, Haryanto menilai GIIAS dan WSBK sebagai pembuktian Indonesia bisa menggelar event besar di tengah pandemi. Mengingat Indonesia satu-satunya negara Asia yang bisa menggelar balapan internasional tahun ini

“Hal itu pantas mendapat kredit. Tapi adaptasi terhadap prokes menjadi kunci, baik dari penyelenggara, penonton, hingga jurnalis,” ucapnya melanjutkan.


Editor CNNIndonesia.com Haryanto Tri Wibowo (kanan) bersama Pebalap tim BMW Motorrad WorldSBK Michael Van Der Mark (kiri) di Pertamina Mandalika International Street Circuit. (Dok. pribadi)

Pesan untuk humas

Diperlukan sejumlah penyesuaian dalam menggelar acara offline di tengan pandemi. Penerapan prokes secara ketat seperti memakai masker menjadi suatu hal yang tak terhindarkan. Di dalam ruangan media, jarak duduk antarwartawan juga cukup jauh.

Ada beberapa catatan dari jurnalis perlu diperhatikan humas dalam menggelar acara offline. Dedhi menyampaikan agar humas lebih memperhatikan kenyamanan bekerja dari para pekerja media.

“Jam kerja di ruang media ditambah. Mungkin karena pandemik, jam kerja dibuat dari pukul 11.00 hingga 20.00 WIB. Seharusnya, idealnya sih dari pukul 10.00 sampai 21.00 di hari biasa dan sampai 22.00 di akhir pekan,” pungkas Dedhi.

Selain itu, Dedhi merasa terganggu dengan penyemprotan disinfektan yang dilaksanakan pada masa kerja di ruang media. “Hari pertama bahkan sampai tiga kali penyemprotan disinfektan. Kami harus keluar bawa laptop, mengetik di luar untuk beberapa saat, dan masuk lagi ke dalam ruangan [media],” kata dia.

“Itu menurut saya sangat mengganggu ya, meski atas nama menegakkan prokes,” kata Dedhi. Ia menambahkan, penyemprotan desinfektan sebaiknya dilakukan saat wartawan sedang tidak bekerja di ruang media.


GIIAS 2021 berlangsung di ICE BSD City pada 11 hingga 21 November 2021. (Dok. pribadi)

Sementara itu, Haryanto berharap agar humas dapat lebih ketat menjaga prokes saat menggelar acara offline. “Tidak ragu menegur orang yang melanggar agar tidak menimbulkan klaster baru,” ujar Haryanto.

Lebih lanjut, Scherazade pun berharap humas dapat bersinergi dengan jurnalis dalam menciptakan lebih banyak acara-acara offline di industri media pada 2022.

“Jujur saja, saya benar-benar merindukan keseruan meliput acara offline dan bertemu langsung dengan para narasumber, serta pihak penyelenggara. Atmosfer acara offline ya memang tidak bisa dikalahkan dengan event secara online,” pungkas dia.
 
Lihat konten Telum lainnya:
Telum Talks To… Ion Akhmad, Co-Founder dan Creative Director, Luxina.id
Telum Talks To... FORTUNE Indonesia
Telum vox pop: Jurnalisme TekFin di Indonesia
Telum vox pop: World Mental Health Day 2021
Telum Talks To… Christine Franciska, Redaktur Pelaksana, Glance

More stories


Telum Media

Database

Get in touch to hear more

Minta demo

Telum Media

Peringatan

Lansiran email reguler yang menampilkan berita terbaru dan perpindahan dari industri media di seluruh Asia Pasifik

Berlangganan alert