Feature
Memproduksi siniar di Indonesia
By Jessica Damiana
Pada penghujung 2018, Telum sempat memprediksikan siniar akan semakin mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Tiga tahun berselang, bagaimana perkembangan siniar di Tanah Air?
Audiens media di Indonesia makin akrab dengan siniar. Riset dari Roy Morgan pada Maret 2019 menunjukkan bahwa 1.56 juta orang di Indonesia menikmati siniar audio dan video. Faktor kemudahan akses dan kedekatan dengan pendengar, membuat siniar mampu menciptakan pasarnya tersendiri di industri media Indonesia.
Kemampuan siniar menarik perhatian masyarakat itu dirasa Pemimpin Redaksi Kantor Berita Radio, Citra Dyah Prastuti, sebagai sebuah peluang tersendiri. Dengan nama siniar KBR Prime, Citra menilai siniar unggul karena bisa diputar kapanpun dan bisa didengarkan ulang. ‘’Kemampuan membuat podcast adalah sesuatu yang sangat dimungkinkan pada radio. Kami memiliki kemampuan jurnalistik dan juga storytelling,’’ katanya.
Citra merasa dari segi bisnis, radio cenderung mendapatkan porsi iklan paling kecil di antara media daring, cetak, dan televisi. "Salah satu alasan (KBR) memproduksi siniar adalah adanya sustainability di segi bisnis," ujar Citra. "Perubahan zaman tidak terhindarkan. Demand saat ini adalah orang ingin menyimak informasi tapi waktunya terbatas. Nah, siniar dapat mengikuti permintaan tersebut dan yang dipertahankan adalah kedekatan antara host dan pendengarnya."
Citra menjelaskan, awalnya banyak pihak mengira bahwa pendengar siniar di Indonesia akan memiliki karakteristik yang mirip dengan pasar Amerika Serikat. Berdasarkan laporan The Infinite Dial 2019, para audiens di sana mendengarkan siniar sembari melakukan beberapa aktivitas lainnya. Sejumlah 49 persen orang yang mendengarkan siniar sembari berjalan kaki, 43% lainnya sembari berolahraga, dan 37% lainnya saat menggunakan transportasi umum.
Laporan The Infinite Dial 2019 menunjukkan orang di AS mendengarkan siniar sembari mengerjakan hal lain.
Namun, setelah KBR Prime diluncurkan, Citra merasa ada perbedaan antara pasar Amerika dengan Indonesia. ‘’Ternyata pasarnya gak sama. Dari KBR Prime kita menjadi tahu bahwa mayoritas audiens di Indonesia mendengarkan siniar sebelum tidur,’’ katanya. Citra menambahkan tantangan mengenalkan siniar ke perusahaan dan audiens media adalah imej siniar yang merupakan hiburan. ‘’Karena biasa didengarkan lewat layanan streaming musik, orang-orang langsung berpikir siniar itu pasti hiburan,’’ kata dia. Citra menambahkan bahwa mayoritas pendengar siniar di Tanah Air menyenangi topik hiburan dan horor.
Salah satu siniar yang sudah berjalan hampir dua tahun adalah Shindu’s Scoop di bawah Podme.id. Siniar ini tersedia dalam format suara dan video. Redaktur Medcom.id, Shindu Alpito menjelaskan bahwa wartawan yang meliput sektor musik cenderung kesulitan untuk mendapatkan sumber referensi seputar industri hiburan.
‘’Kami membayangkan jika suatu hari nanti, video wawancara kami akan berguna entah untuk kepentingan riset bahkan sebagai bahan baku film dokumenter,’’ kata Shindu. Ia menambahkan jika wawancara hanya ditulis, ekspresi, intonasi bicara, dan gerak tubuh para pemusik tidak akan bisa dirasakan para audiens.
Kolaborasi
Hingga hari ini, KBR Prime telah memiliki setidaknya 24 album yang berhubungan dengan sains, teknologi, serta serba-serbi masyarakat. ‘’Banyak lembaga yang bermitra dengan KBR Prime, misalnya saja Badan Restorasi Gambut dengan nama album Gambut Bakisah. Kami menjalin kemitraan dengan organisasi lain yang memiliki nilai sama dengan redaksi, misalnya toleransi, kesetaraan gender, dan kesehatan mental,’’ kata dia.
Jika Kantor Berita Radio mengembangkan siniar sebagai salah satu program mereka, lain halnya dengan Tio Prasetyo Utomo dan Pangeran Siahaan yang mendirikan "rumah" untuk berbagai macam siniar, Box2Box Indonesia, 2018 lalu. ‘’Waktu itu memang belum banyak yang membuat siniar. Namun kami yakin perlahan tapi pasti siniar ini akan menjadi besar,’’ katanya.
‘’Kami menggarap siniar yang topiknya dekat dengan keseharian para pengelola, misalnya saja lewat Podcast Om Om, saya dan tiga orang lainnya membicarakan kehidupan para bapak yang sudah menikah dan mempunyai anak,’’ kata Tio. Box2Box Indonesia juga pernah memproduksi siniar untuk berbagai perusahaan, misalnya Grab Indonesia, DANA, Ultra Milk, dan pasta gigi Closeup. Box2Box Indonesia mendapatkan iklan dengan cara adlibs dan build-in placement. Ia menjelaskan, semua jenis perusahaan bisa memiliki potensi siniarnya masing-masing.
Untuk meraih pendengar, para personil Box2Box Indonesia menggunakan akun media sosial pribadi mereka. Pangeran sendiri memiliki lebih dari 161,000 pengikut di jagat maya. Saat ini, Box2Box Indonesia juga terus berkembang dan telah memproduksi setidaknya 50 siniar. ‘’Kami berusaha meyakinkan perusahaan bahwa siniar bisa menjadi cara baru untuk mempromosikan merk atau kampanye yang mereka garap,’’ kata Tio.
Formula sempurna
Citra, Tio, dan Shindu sepakat bahwa tidak ada satu formula sempurna untuk memproduksi siniar, apalagi di tengah pandemik. Bagi Tio, kekuatan audio dari siniar adalah sesuatu yang tak tergantikan. ’’Kami sempat rekaman pakai Zoom dan produksinya menjadi lebih sulit karena semua orang harus merekam lewat telepon genggam biar suaranya sinkron. Rekaman lewat mikrofon studio itu sebenarnya yang paling memumpuni. Terkadang pakai Zoom jika ada narasumber yang tidak bisa bepergian,’’ katanya.
Sementara itu Shindu menjelaskan bahwa semakin terkenal pesohor yang diwawancarai, makin banyak juga pendengar siniarnya. Episode wawancara bersama Bimbim Slank menjadi episode dengan pendengar terbanyak pada Shindu’s Scoop. ‘’Kami melihat sejauh ini narasumber masih memegang kunci penting. Semakin populer narasumber, semakin besar kemungkinan untuk disimak banyak orang,’’ kata dia.
‘’Ini adalah pertanyaan sejuta umat karena konten yang bagus dari sisi jurnalistik tidak berarti traffic-nya juga akan bagus. Kami selalu berusaha menghadirkan kombinasi narasumber dan tema yang pas,’’ kata Citra. Episode dari album Love Buzz yang menghadirkan selebritas Dena Rachman mendapatkan banyak pendengar. ‘’Namun bukan berarti kami selalu memilih pesohor karena Love Buzz mengangkat cerita dari kelompok minoritas seksual,’’ katanya.
Ingin berbagi pengalaman di dunia jurnalistik atau menjadi narasumber di fitur Telum Talks to..., hubungi kami di [email protected]
Baca konten Telum lainnya:
Kemampuan siniar menarik perhatian masyarakat itu dirasa Pemimpin Redaksi Kantor Berita Radio, Citra Dyah Prastuti, sebagai sebuah peluang tersendiri. Dengan nama siniar KBR Prime, Citra menilai siniar unggul karena bisa diputar kapanpun dan bisa didengarkan ulang. ‘’Kemampuan membuat podcast adalah sesuatu yang sangat dimungkinkan pada radio. Kami memiliki kemampuan jurnalistik dan juga storytelling,’’ katanya.
Citra merasa dari segi bisnis, radio cenderung mendapatkan porsi iklan paling kecil di antara media daring, cetak, dan televisi. "Salah satu alasan (KBR) memproduksi siniar adalah adanya sustainability di segi bisnis," ujar Citra. "Perubahan zaman tidak terhindarkan. Demand saat ini adalah orang ingin menyimak informasi tapi waktunya terbatas. Nah, siniar dapat mengikuti permintaan tersebut dan yang dipertahankan adalah kedekatan antara host dan pendengarnya."
Citra menjelaskan, awalnya banyak pihak mengira bahwa pendengar siniar di Indonesia akan memiliki karakteristik yang mirip dengan pasar Amerika Serikat. Berdasarkan laporan The Infinite Dial 2019, para audiens di sana mendengarkan siniar sembari melakukan beberapa aktivitas lainnya. Sejumlah 49 persen orang yang mendengarkan siniar sembari berjalan kaki, 43% lainnya sembari berolahraga, dan 37% lainnya saat menggunakan transportasi umum.
Laporan The Infinite Dial 2019 menunjukkan orang di AS mendengarkan siniar sembari mengerjakan hal lain.
Namun, setelah KBR Prime diluncurkan, Citra merasa ada perbedaan antara pasar Amerika dengan Indonesia. ‘’Ternyata pasarnya gak sama. Dari KBR Prime kita menjadi tahu bahwa mayoritas audiens di Indonesia mendengarkan siniar sebelum tidur,’’ katanya. Citra menambahkan tantangan mengenalkan siniar ke perusahaan dan audiens media adalah imej siniar yang merupakan hiburan. ‘’Karena biasa didengarkan lewat layanan streaming musik, orang-orang langsung berpikir siniar itu pasti hiburan,’’ kata dia. Citra menambahkan bahwa mayoritas pendengar siniar di Tanah Air menyenangi topik hiburan dan horor.
Salah satu siniar yang sudah berjalan hampir dua tahun adalah Shindu’s Scoop di bawah Podme.id. Siniar ini tersedia dalam format suara dan video. Redaktur Medcom.id, Shindu Alpito menjelaskan bahwa wartawan yang meliput sektor musik cenderung kesulitan untuk mendapatkan sumber referensi seputar industri hiburan.
‘’Kami membayangkan jika suatu hari nanti, video wawancara kami akan berguna entah untuk kepentingan riset bahkan sebagai bahan baku film dokumenter,’’ kata Shindu. Ia menambahkan jika wawancara hanya ditulis, ekspresi, intonasi bicara, dan gerak tubuh para pemusik tidak akan bisa dirasakan para audiens.
Kolaborasi
Hingga hari ini, KBR Prime telah memiliki setidaknya 24 album yang berhubungan dengan sains, teknologi, serta serba-serbi masyarakat. ‘’Banyak lembaga yang bermitra dengan KBR Prime, misalnya saja Badan Restorasi Gambut dengan nama album Gambut Bakisah. Kami menjalin kemitraan dengan organisasi lain yang memiliki nilai sama dengan redaksi, misalnya toleransi, kesetaraan gender, dan kesehatan mental,’’ kata dia.
Jika Kantor Berita Radio mengembangkan siniar sebagai salah satu program mereka, lain halnya dengan Tio Prasetyo Utomo dan Pangeran Siahaan yang mendirikan "rumah" untuk berbagai macam siniar, Box2Box Indonesia, 2018 lalu. ‘’Waktu itu memang belum banyak yang membuat siniar. Namun kami yakin perlahan tapi pasti siniar ini akan menjadi besar,’’ katanya.
‘’Kami menggarap siniar yang topiknya dekat dengan keseharian para pengelola, misalnya saja lewat Podcast Om Om, saya dan tiga orang lainnya membicarakan kehidupan para bapak yang sudah menikah dan mempunyai anak,’’ kata Tio. Box2Box Indonesia juga pernah memproduksi siniar untuk berbagai perusahaan, misalnya Grab Indonesia, DANA, Ultra Milk, dan pasta gigi Closeup. Box2Box Indonesia mendapatkan iklan dengan cara adlibs dan build-in placement. Ia menjelaskan, semua jenis perusahaan bisa memiliki potensi siniarnya masing-masing.
Untuk meraih pendengar, para personil Box2Box Indonesia menggunakan akun media sosial pribadi mereka. Pangeran sendiri memiliki lebih dari 161,000 pengikut di jagat maya. Saat ini, Box2Box Indonesia juga terus berkembang dan telah memproduksi setidaknya 50 siniar. ‘’Kami berusaha meyakinkan perusahaan bahwa siniar bisa menjadi cara baru untuk mempromosikan merk atau kampanye yang mereka garap,’’ kata Tio.
Formula sempurna
Citra, Tio, dan Shindu sepakat bahwa tidak ada satu formula sempurna untuk memproduksi siniar, apalagi di tengah pandemik. Bagi Tio, kekuatan audio dari siniar adalah sesuatu yang tak tergantikan. ’’Kami sempat rekaman pakai Zoom dan produksinya menjadi lebih sulit karena semua orang harus merekam lewat telepon genggam biar suaranya sinkron. Rekaman lewat mikrofon studio itu sebenarnya yang paling memumpuni. Terkadang pakai Zoom jika ada narasumber yang tidak bisa bepergian,’’ katanya.
Sementara itu Shindu menjelaskan bahwa semakin terkenal pesohor yang diwawancarai, makin banyak juga pendengar siniarnya. Episode wawancara bersama Bimbim Slank menjadi episode dengan pendengar terbanyak pada Shindu’s Scoop. ‘’Kami melihat sejauh ini narasumber masih memegang kunci penting. Semakin populer narasumber, semakin besar kemungkinan untuk disimak banyak orang,’’ kata dia.
‘’Ini adalah pertanyaan sejuta umat karena konten yang bagus dari sisi jurnalistik tidak berarti traffic-nya juga akan bagus. Kami selalu berusaha menghadirkan kombinasi narasumber dan tema yang pas,’’ kata Citra. Episode dari album Love Buzz yang menghadirkan selebritas Dena Rachman mendapatkan banyak pendengar. ‘’Namun bukan berarti kami selalu memilih pesohor karena Love Buzz mengangkat cerita dari kelompok minoritas seksual,’’ katanya.
Ingin berbagi pengalaman di dunia jurnalistik atau menjadi narasumber di fitur Telum Talks to..., hubungi kami di [email protected]
Baca konten Telum lainnya:
- Telum Talks To... Jonathan Pandapotan, Senior Editor, Liputan6.com
- Telum vox pop: Thoughts and wishes on National Press Day
- Telum Media Webinar: Journalism in Southeast Asia in 2021: What Should We Expect?
- Telum vox pops: Journalists' plans and editorial crystal ball in 2021
- Telum vox pop: Challenges in covering FinTech and key trends in 2021
More stories
Telum Media
Database
Get in touch to hear more
Minta demoTelum Media
Peringatan
Lansiran email reguler yang menampilkan berita terbaru dan perpindahan dari industri media di seluruh Asia Pasifik
Berlangganan alert